TRIBUNNEWS.COM - Semua agama mengajarkan kedamaian. Tindak kekerasan harus dihilangkan. Selalu menjunjung tinggi sikap kebersamaan, kekompakan dan persatuan. Kejahatan dan kekerasan menjadi musuh bersama yang paling utama. Maka, sikap optimisme untuk membangun bangsa Indonesia ke depan harus menjadi prioritas utama. Semua itu kita satukan dalam bingkai kebersamaan Bhinneka tunggal ika (walaupun berbeda-beda namun tetap satu).
Bila merenungkan keadaan bangsa saat ini, seakan-akan Indonesia semakin lama semakin terpuruk dengan mencuat berbagai issue. Birokrasi sudah mulai ambruk, karena dinodai oleh para koruptor yang bertopeng manusia. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) hampir seluruh pelosok tanah air, mulai dari penggusuran pedagang asongan, pedagang kaki lima, kasus Mesuji, Bima hingga permasalahan agraria.
Di samping issue tersebut, tambah lagi permasalahan bangsa terhadap pembubaran ormas anarkis. Ratusan orang berdemo menuntut kedamaian dan mengecam kekerasan. Mereka berharap Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan. Karena mereka menganggap FPI telah bertindak keras dalam setiap demonstrasi dan sweeping yang dilakukannya. Sehingga dengan permasalahan ini akan menambah pekerjaan rumah bagi pejabat Negara untuk menyelesaikan persoalan antar anak bangsa sendiri.
FPI adalah ormas yang mengusung menegakkan syariat Islam dianggap anarkis oleh sebagian orang namun dianggap baik bagi sebagian yang lain. Sehingga muncul kalangan pro dan kontra terhadap ormas tersebut. Sehingga menteri dalam negeri Gamawan Fauzi pun ikut berkomentar untuk menata kembali tentang undang-undang keormasan.
Dibalik permasalahan itu semua, sebenarnya Islam tidak pernah mendukung tindak kekerasan, bahkan Islam mengecam tindakan biadab tersebut. Islam agama yang cinta damai, menjunjung tinggi hak setiap warga masyarakat, mengedepankan sikap toleransi dengan agama lain. Maka, siapapun dia, dari manapun ia jika "katanya" beragama Islam namun bertindak kekerasan dan kekisruhan tentunya mereka bukan mewakili Islam.
Bila kita melihat perjuangan Nabi saw dan sahabat di Madinah selalu mengedepankan budaya kedamaian. Orang Islam menghargai kerukunan beragama, hingga melahirkan piagam Madinah. Inilah salah satu bukti bahwa Nabi saw dan sahabat selalu bersikap toleransi dan menjauhkan sikap anarkis lagi biadab. Maka Islam tidak pernah mencontohkan tindak kekerasan. Sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS al-Baqarah [2]: 256).
Konsep Islam yang telah diturunkan Allah swt kepada Nabi saw sungguh sangat sempurna. Islam agama yang universal, lengkap dengan segala atribut untuk menghadapi dunia modernisasi. Namun demikian, bila ada orang Islam atau kelompok yang mengaku dirinya Islam bertindak kekerasan dan tidak menjunjung tinggi kerukunan berarti dia sama sekali tidak mewakili Islam. Yang salah bukanlah ajaran Islam, tapi yang salah adalah orang Islam, sebagian mereka tidak tahu bahkan tidak mau tahu dan tidak mengamalkan ajaran yang telah digariskan Islam.
Dakwah Islam bukan dengan memukul tapi dengan merangkul. Menyebarkan Islam bukan dengan menyinggung namun dengan menyentuh. Mensosialisasikan ajaran Islam bukan dengan saling mengejek namun dengan mengajak. Sungguh indah Islam bila kita pelajari, hanya orang-orang salah tafsir ayat al-quran yang melakukan tindakan kriminal. Padahal kriminalisme adalah musuh Islam. Maka Islam memiliki budaya salam, dengan arti selalu mengedepankan kedamaian. Ditegaskan dalam firmanNya: "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS al-An'am [6): 108).
Untuk membendung kerusakan Islam yang disebabkan oleh segelintir orang, maka umat Islam harus bersatu untuk melawan kekerasan, kriminalitas, dan tindakan anarkis. Umat Islam harus bersikap "Kedamaian Yes But Kekerasan No". Sikap menolak kekerasan untuk menghilangkan citra Islam yang diidentikkan dengan kekerasan. Umat Islam harus mampu membendung siapapun dari umat Islam yang selalu bertindak anarkis.
Oleh karenanya, mengajak umat Islam untuk selalu mengamalkan ajaran Islam dengan mengamalkan dan mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kedamaian harus menjadi tongkat perjuangan dan eksistensi umat Islam di masa depan. Tindak kekerasan, anarkis dan krimilitas harus menjadi musuh bersama. Ditegaskan olehNya: "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-Anfal [8]: 61).
Tambah lagi penegasanNya: "Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan." (QS al-Nahl [16]: 93). Berlanjut dengan ayat yang lain: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali 'Imran [3]: 159).
Maka, mari bersikap arif dan damai terhadap siapapun yang tidak mengganggu kita. Satukan langkah untuk menuju bangsa yang makmur, sejahtera dan damai dalam bingkai NKRI.o:p>
Penulis: Jubir Perkumpulan mahasiswa bumoe Aceh (Peuhaba) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta/Mahasiswa S1 Dakwah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar