Kamis, 16 Januari 2014

Situs Baginda Ery: Islami Inspiratif: Kisah Takutnya Kekasih Allah SWT

Situs Baginda Ery
Blog yang menyediakan berbagai macam artikel yang berkualitas dan layak dibaca oleh semua kalangan,mulai dari artikel tentang kesuskesan seseorang,kisah motivasi,kisah islami,sampai dengan kisah misteri Blog yang menyediakan Kisah Misteri, Kisah Nyata, Kisah Legenda, Kisah Islami, Kisah Orang-Orang Sukses, Kisah Motivasi, Kisah Inspiratif, dan Banyak Artikel Menarik lainnya. 
Fun with Brazilian Portuguese

Learn the tips and tricks to speak colloquial Portuguese in a natural and confident manner. Enroll today for just $69!
From our sponsors
Islami Inspiratif: Kisah Takutnya Kekasih Allah SWT
Jan 16th 2014, 08:59, by Baginda Ery

Saudaraku, ketika seseorang telah menangkap indahnya kebenaran Kekasihnya dari dalam hati, maka ia akan memiliki kekuatan yang seimbang. Melalui harapan yang tinggi, ia pun terus merasakan kecintaan yang luar biasa. Sehingga dengan sendirinya akan merasa ketakutan bila menjauh dari Kekasihnya itu. Bahkan menjadi-jadi seiring keimanannya. Semakin hari yang ada hanyalah rasa takut untuk berpisah, namun merindukan perjumpaan yang akan terjadi dalam rupa tiada batasan. Yaitu kebahagiaan negeri akherat (Syurga).
Ya. Rasa takut pada Kekasih Yang Sejati adalah obat penghilang kesakitan hati. Dengan segala harapan dan renungannya, seseorang akan senantiasa memikirkan yang ia cintai itu. Karena dengan begitulah ia dapat menjalani setiap derap kehidupan dalam keseimbangan dan kebenaran hakiki. Ia pun akan cepat mengetahui bila telah melakukan kesalahan dan dosa. Sehingga akan tersiksa bila tidak segera meminta maaf (bertaubat) pada Kekasih yang paling dicintai, yaitu Allah SWT.

"Ya Allah. Anugerahkan dalam diriku kemampuan untuk mencintai keagungan-Mu. Sibukkan hatiku untuk selalu mengingat-Mu. Sebab, kebahagiaan terbesarku adalah kedekatan dengan cahaya-Mu"
"Ya Allah. Anugerahkan hamba dengan rasa cinta pada-Mu. Dengan rasa senang akan cinta pada perintah-Mu. Sebab, dengan mencicipi sebagian dari kemurnian cinta-Mu itu, jauh lebih hamba sukai dari isi dunia"
Dalam satu waktu Allah SWT pernah berfirman kepada Nabi Dawud AS; "Wahai Dawud, takutlah kepada-Ku, seperti engkau takut kepada binatang buas yang berbahaya". Yang memiliki makna bahwa Allah SWT akan bertindak seperti binatang buas hanya untuk membinasakan sesuatu tanpa peduli. Hal itu karena meski pun Allah SWT menghancurkan alam semesta sekalipun, maka Dia tidak akan peduli. Sehingga Dia sangat patut untuk ditakuti. Sebagaimana sikap Rasulullah Muhammad SAW yang tertuang dalam sabdanya berikut ini:
"Akulah yang paling mengetahui Allah SWT di antara kalian. Dan aku pula yang paling takut kepada Allah SWT" (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Diriwayatkan dari Aisyah RA pula bahwa ketika cuaca berubah dan angin bertiup kencang, maka wajah Rasulullah SAW juga ikut berubah. Beliau berdiri kebingungan di dalam kamarnya, serta keluar dan masuk kamar. Hal itu terjadi karena beliau mencemaskan siksa yang akan diberikan Allah SWT. (HR. Ahmad dan Haitsami)
Begitu pun yang di alami oleh Nabi Ibrahim AS, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Darda` RA bahwa; "Detak jantung Nabi Ibrahim AS terdengar dari jarak sejauh satu mil karena takut kepada Tuhannya"
Lain halnya dengan Nabi Dawud AS. Mujahid berkata; "Nabi Dawud AS menangis selama empat puluh hari sambil bersujud tanpa mengangkat kepalanya hingga rerumputan tumbuh dari kucuran air matanya dan menutupi kepalanya. Orang-orang berseru; "Wahai Dawud, apakah engkau lapar? Makanlah! Atau engkau haus? Minumlah! Engkau meratap di bawah kayu hingga terbakar oleh panasnya ketakutanmu". Kemudian Allah SWT menerima tobatnya dan mengampuni dosanya. Nabi Dawud AS berkata; "Wahai Tuhanku, tuliskanlah dosa-dosaku di telapak tanganku". Maka dosa-dosanya tertulis di telapak tangannya hingga dia tidak sanggup untuk merentangkan telapak tangannya untuk makan, minum dan hal yang lainnya. Hal itu karena dia senantiasa melihat dosa-dosanya di telapak tangannya dan menangisinya. Seseorang berkata; "Dawud pernah diberi gelas dengan dua pertiga gelasnya berisi air. Ketika dia menerimanya, dia melihat dosa-dosanya. Belum sampai dia menyentuhkan gelas itu di bibirnya, gelas itu telah penuh dengan air matanya".
Suatu riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Dawud AS tidak pernah mengangkat kepalanya untuk menatap langit sampai beliau wafat. Hal itu karena beliau malu dan takut kepada Allah SWT. Di dalam munajatnya, Nabi Dawud AS berkata; "Wahai Tuhanku, jika aku mengingat dosa-dosaku, bumi yang luas seakan-akan menjadi sempit. Namun, ketika aku mengingat rahmat-Mu, jiwaku seakan kembali ke dalam diriku. Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Aku telah mendatangi hamba-hamba-Mu yang shaleh untuk mengobati dosa-dosaku, mereka semua menyuruhku untuk mendatangi-Mu. Sungguh celaka orang-orang yang putus asa dari rahmat-Mu"
Fudhail RA pernah berkata; "Aku pernah diberi tahu bahwa pada suatu hari Nabi Dawud AS pernah mengingat dosa-dosanya, hingga beliau melonjak sambil berteriak dan meletakkan tangannya di atas kepalanya. Setelah itu dia berlari sampai di pegunungan hingga binatang-binatang buas berkumpul dan mengitarinya. Beliau berkata; "Pulanglah! Aku tidak menghendaki kedatangan kalian. Sesuatu yang kuinginkan hanyalah orang yang menangisi dosa-dosanya. Orang yang tidak memiliki dosa, maka apakah yang ia perlukan dari Dawud AS yang penuh dosa ini?"
Yazid Raqqasyi bercerita; "Pada suatu hari Nabi Dawud AS keluar menemui orang-orang untuk menasihati dan memperingatkan mereka. Empat puluh ribu orang menemuinya dan tiga puluh ribu orang meninggal (karena menerima dan meresapi nasihat beliau), hingga tersisa sepuluh ribu saja yang dapat pulang ke rumah mereka"
Riwayat yang lain menceritakan bahwa Nabi Dawud AS memiliki dua orang pelayan. Ketika beliau diliputi oleh rasa takut hingga menyebabkan ia terjatuh dan tubuhnya bergetar, maka kedua pelayannya menahan getaran tubuhnya. Hal itu karena mereka takut jika anggota tubuh Nabi Dawud AS akan terlepas.
Saudaraku tercinta, sungguh demikianlah yang tertanam di dalam hati para kekasih dan pecinta Allah SWT ini. Justru karena mereka adalah utusan-Nya, maka semakin pula rasa takut pada Tuhannya kian besar. Begitu pula yang dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW. Oleh karena kecintaan dan rasa takutnya pada Allah SWT, mereka pun berkata:
Abu Bakar RA pernah berkata; "Seandainya aku seperti engkau, wahai burung. Dan tidak tercipta sebagai manusia"
Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah, ia berkata bahwa Umar bin Khaththab RA suatu hari pernah mengambil segenggam tanah sambil berkata; "Seandainya aku menjadi tanah ini. Seandainya aku tidak disebut-sebut. Seandainya aku tidak pernah dilahirkan oleh ibuku. Seandainya aku dilupakan sama sekali". Begitupun ketika beliau mendengarkan bacaan Al-Qur`an, ia jatuh pingsan karena ketakutan hingga ia dijengguk selama beberapa hari. Selain itu, terdapat dua goresan hitam bekas air mata di wajahnya. Umar RA berkata; "Barangsiapa yang takut kepada Allah SWT, dia tidak akan melampiaskan kemarahannya. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT, dia tidak akan menuruti nafsunya. Kalau saja karena hari kiamat, maka keadaan sekarang akan berbeda"

Utsman bin Affan RA pernah berkata; "Aku tidak ingin dibangkitkan lagi setelah kematian" (Riwayat Ahmad, Baihaqi dan Hakim)
Pada suatu ketika Ali bin Abi Thalib RA memberi salam setelah melaksanakan shalat Fajar. Kemudian beliau membalikkan telapak tangannya dan berkata dengan sedih; "Aku melihat para sahabat Rasulullah SAW dan aku tidak pernah melihat sesuatu yang menyerupai mereka. Di pagi hari wajah mereka pucat, rambut mereka kusut, dan mata mereka membengkak seperti lutut kambing. Hal itu karena mereka selalu menghabiskan waktu malam mereka dengan bersujud, shalat dan membaca Al-Qur`an, serta naik turun antara kening dan kaki mereka (shalat). Setelah waktu pagi tiba, mereka berzikir kepada Allah SWT dan mencondongkan tubuh mereka seperti condongnya pohon yang tertiup angin. Mata mereka mengucurkan air mata hingga membasahi baju mereka. Demi Allah, aku seolah-olah berada bersama kaum yang lalai pada waktu malam". Kemudian Ali RA berdiri. Sejak saat itulah dia tidak pernah terlihat tertawa lagi sampai Ibnu Muljam menikamnya.
Jika Ali bin Husain berwudhu, maka raut mukanya berubah pucat hingga keluarganya bertanya; "Mengapa engkau terbiasa seperti itu ketika berwudhu? Dia menjawab; "Tahukah kalian aku hendak berdiri untuk menghadap siapa?"
Umar bin Abdul Aziz pun pernah berkata; "Sungguh, Allah telah menjadikan kelalaian sebagai rahmat di dalam hati manusia, yaitu supaya mereka tidak mati karena takut kepada Allah SWT"
Ya. Begitulah bila rasa cinta yang mendalam bila telah dimiliki oleh seseorang kepada Kekasih Sejatinya. Ketakutan akan kian kentara namun justru menjadi obat yang dapat menyembuhkan penyakit hatinya. Sehingga, meninggalkan sesuatu yang tidak disukai-Nya akan menjadi sesuatu yang ringan dan menyenangkan. Kezuhudan pun menjadi kenyataan tanpa alasan riya` dan kemunafiqkan.
"Ya Allah. Tanamkan di dalam hatiku anugerah kerinduan pada-Mu. Bersihkan setiap kotoran jiwaku dg mengingat akan Dzat-Mu. Dan bila malam telah datang merayuku dalam kemalasannya, maka kasihanilah hamba agar dapat merayu-Mu untuk mengampuni dosa-dosaku"
Untuk itu saudaraku, mari kembali kita mengoreksi diri dan bertanya tentang sebatas mana rasa cinta – hingga menimbulkan ketakutan kepada Tuhan – itu mendiami hati kita. Tentang apakah kita sudah terlepas dari sikap sombong dan berpuas diri, karena merasa telah benar dalam bertindak dan terlalu percaya diri bila semua amal perbuatan telah diterima-Nya. Sedangkan siapa kita ini? Apakah merasa lebih hebat dan mulia dari para Nabi dan sahabat di atas? Sebab, jika tidak cepat-cepat, maka yakinlah penyesalan akan banyak menghampiri kehidupanmu. Sedangan azab Ilahi dengan riang gembira menanti di Neraka.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al-`Ashr [103] : 1-3)
Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat mencintai dan merasa takut kepada Allah SWT. Baik dalam kondisi, tempat dan waktu kapanpun. Karena hanya dengan begitulah kita akan memiliki rasa malu bila melakukan kesalahan sehingga terhindar dari murka-Nya yang teramat perih.
Yogyakarta, 09 Desember 2011
Mashudi Antoro (Oedi`)
[Cuplikan dari buku "Kajian Hati, Isyarat Tuha", karya: Mashudi Antoro]

http://oediku.wordpress.com/2011/12/09/kisah-takutnya-kekasih-allah-swt/

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Tidak ada komentar :

Posting Komentar