Jumat, 17 Januari 2014

Situs Baginda Ery: Artikel Islami Penerang Hati Pencerah Jiwa: Hati yang Santun

Situs Baginda Ery
Blog yang menyediakan berbagai macam artikel yang berkualitas dan layak dibaca oleh semua kalangan,mulai dari artikel tentang kesuskesan seseorang,kisah motivasi,kisah islami,sampai dengan kisah misteri Blog yang menyediakan Kisah Misteri, Kisah Nyata, Kisah Legenda, Kisah Islami, Kisah Orang-Orang Sukses, Kisah Motivasi, Kisah Inspiratif, dan Banyak Artikel Menarik lainnya. 
Learn Adobe Illustrator CS6 Master Techniques from an Adobe Guru!

With over 25 years of experience teaching, Robert Farrell has been a trusted instructor for individuals and companies who want to improve their Adobe skills.
From our sponsors
Artikel Islami Penerang Hati Pencerah Jiwa: Hati yang Santun
Jan 18th 2014, 04:09, by Baginda Ery

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhbib Abdul Wahab
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah  telah menjadi teman yang sangat setia." (QS Fushshilat [41]: 34)

Pada suatu malam khalifah Umar bin Abdul Aziz melakukan ronda di kawasan Damaskus. Ia ditemani seorang polisi. Keduanya masuk sebuah masjid yang kebetulan lampunya padam. Kondisi masjid itu gelap gulita.

Tak disangka sang khalifah mendapati seseorang sedang tidur di dalamnya. Orang yang tidur itu terbangun dan berkata kepada Umar: "Apakah engkau itu gila?" "Tidak, saya tidak gila," jawab khalifah.

Polisi  yang mengawal sang khalifah sempat tersinggung atas upacan tidak sopan itu. Ia bermaksud memukulnya, tapi dicegah oleh khalifah. "Jangan kau pukul dia. Dia cuma bertanya: "Apakah kamu gila? dan sudah saya jawab: tidak".

Sebagai Amirul Mukminin, saya sama sekali tidak merasa dihina atau dilecehkan. "Engkau jangan mudah marah, mungkin dia bertanya begitu karena belum sepenuhnya sadar. Dan boleh jadi kedatangan kita mengganggu tidurnya," nasehat Umar kepada polisi.

Kisah unik tersebut memberi pesan moral kepada kita bahwa berhati dan bersikap santun, tidak mudah emosi, dan mampu membawakan diri dalam berbagai situasi merupakan kunci kedamaian sosial.
Sebab emosi yang tidak terkendali hanya akan membawa kericuhan, pertengkaran, ketidak-harmonisan dalam bermasyarakat.

Kesantunan (al-hilm) dalam bersikap dan berperilaku dapat mengantarkan kita kepada persahabatan yang sejati. Hati yang santun tidak hanya dapat meredam permusuhan, dan mengalahkan nafsu amarah yang diprovokasi oleh setan, juga dapat mencerdaskan emosi dan tidak mudah menyakiti hati orang lain sehingga membuatnya mudah bergaul, beradaptasi, dan bermasyarakat secara empati dan baik hati.

Muslim yang berhati santun pasti tidak mudah marah dan meluapkan emosi tanpa pengendalian diri. Nabi Muhammad SAW adalah figur berhati santun yang patut diteladani. 

Beliau pernah dilempari kotoran setiap kali melewati rumah seorang Yahudi, tetapi beliau tidak balas dendam dan sakit hati. Pada kali yang keempat lewat di depan rumahnya, beliau justeru merasa heran, kenapa orang yang biasa melemparinya dengan kotoran busuk itu tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Setelah diselidiki, ternyata orang Yahudi itu sakit. Beliau malah merespon positif dengan mendatangi rumahnya untuk menjenguk dan mendoakan kesembuhan baginya.

Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
 Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)





Melihat perlakuan Nabi SAW yang luar biasa santun dan murah hati seperti itu, si Yahudi itu malu hati dan sempat menduga kedatangannya untuk membalas dendam.
Sesampai di rumahnya, beliau ternyata memberi senyum ramah kepadanya sembari menanyakan sakitnya sekaligus mendoakannya agar segera sembuh dan pulih seperti sedia kala.

Ia kemudian meminta maaf kepada beliau. "Sungguh engkau adalah orang yang sangat berhati mulia, santun, dan pemaaf. Engkau tidak menaruh dendam sedikit pun kapadaku, padahal aku telah menyakiti hatimu. Agama yang membuatmu berhati santun dan pemaaf itu pastilah agama yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia," tutur Yahudi itu kepada beliau. Akhirnya, orang Yahudi itu pun masuk Islam.

Sungguh indah hati yang santun itu, karena hanya akan melahirkan kata-kata, sikap, dan perbuatan yang santun pula.
Begitulah dahulu Nabi SAW berdakwah dengan kesantunan hati, sehingga  orang Yahudi yang sangat keras permusuhannya terhadap orang-orang  beriman (QS Al-Maidah [5]: 82) itu pun mengakui kemuliaan dan keluhuran moralitas Islam yang diteladankan Nabi SAW.

Dari hati yang santun seperti itulah, Islam sebagai rahmat bagi semesta raya dapat diwujudkan dalam kehidupan kita yang semakin hari semakin gersang dari kesantunan hati. Semoga! Wallahu a'lam bish Shawab.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Tidak ada komentar :

Posting Komentar